Tiga Perkara yang Dicintai

Diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tiga hal yang aku cintai dari perkara duniawi adalah minyak wangi, wanita dan penyejuk jiwaku dalam sholat.”

Rasul senang dengan parfum. Parfum sangat banyak manfaatnya. Bukan hanya enak baunya, tetapi juga bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan dan hafalan. Parfum juga membantu mengurangi rasa nyeri, menimbulkan ketenangan, dan terapi lainnya yang telah dibuktikan hasilnya.

Rasul senang dengan wanita yang baik pekertinya. Bukan wanita-wanita pengumbar aurat yang memancing syahwat setiap pria yang melihatnya.

Walau Rasul telah dijamin masuk surga dan ma’shum, namun Nabi sering shalat malam hingga kaki beliau menjadi bengkak. Begitulah sikap seorang hamba yang tahu bersyukur.

Lalu Abu Bakar ash-Shiddiq ra berkata, “Dan tiga hal yang aku cintai dari perkara dunia adalah duduk di hadapan Anda (Nabi SAW), membaca sholawat kepada Anda, dan membelanjakan hartaku kepada Anda.”

Dan bahwasanya Abu Bakar ra telah menginfakkan hartanya kepada Nabi sebanyak 40.000 dinar. Ketika shahabat lain menyerahkan setengah hartanya, sepertiga hartanya, seperempat hartanya, Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya. Ketika ditanya oleh Nabi, “Apa yang kau tinggalkan bagi keluargamu?” Abu Bakar berkata, “Allah dan Rasul-Nya”. Cukuplah iman dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi bekalan mereka di dunia dan di akhirat. Mereka yaqin bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-hamba-Nya.

Dan Umar ra berkata: “Dan tiga hal yang aku cintai dari perkara dunia adalah mengajak kepada kebaikan (amar ma’ruf), melarang dari kemungkaran (nahi munkar), dan menegakkan ketentuan-ketentuan (syariat).”

Kemudian shahabat Utsman ra berkata, “Tiga hal yang aku cintai dari perkara dunia adalah memberi makan, menebarkan salam (perdamaian), dan sholat di waktu malam sementara manusia tertidur.”

Sayyidina Utsman, ketika masa paceklik didatangi oleh orang-orang yang siap membeli pangan dengan harga 2 kali lipat, 3 kali lipat, dsb. Namun kemudian beliau berkata bahwa beliau tidak akan menjualnya, kecuali jika ada yang mau membelinya 10 kali lipat. Maksudnya, beliau menjualnya kepada Allah. Beliau mensedekahkan semua itu kepada para faqir miskin, dan mengharapkan balasan hanya dari Allah.

Kemudian Ali ra berkata, “Tiga hal yang aku cintai dari perkara dunia yaitu memukulkan pedang, puasa di musim panas, dan menjamu tamu.”

Lalu turun malaikat Jibril, dan berkata, “Wahai Nabi Allah, adapun tiga hal yang aku cintai dari kalian yaitu turun kepada para nabi, menyampaikan risalah kepada Rasul dan memuji dengan ucapan Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.”

Kemudian malaikat jibril berkata:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘Tiga hal yang Aku cintai dari kalian yaitu lidah yang selalu berdzikir, hati yang bersyukur, dan tubuh yang sabar mengemban cobaan (ujian).”

Beramal kebajikan dengan semua ini adalah termasuk dari tanda-tanda cinta bagi orang yang berharap untuk bisa masuk ke dalam sabda Nabi SAW, “Siapa orangnya yang mencintaiku niscaya ia akan bersama-sama aku di syurga.”

Dan ketika hadits ini sampai kepada imam-imam yang empat, maka mereka pun mengutarakan tiga hal yang mereka cintai.

Imam Abu Hanifah rahmatullah ‘alayh berkata: “Tiga hal yang aku cintai dari duniamu, yaitu menghasilkan ilmu di sepanjang malam, meninggalkan untuk berlomba-lomba dalam hal harta dan kedudukan, dan hati yang sunyi dari cinta kepada dunia.”

Imam Malik rah berkata: “Tiga hal yang aku cintai dari duniamu, yaitu selalu bertetangga (berada dekat) raudhah Nabi saw dan senatiasa berziarah ke makam beliau, dan memuliakan ahlul bait nabi.”

Imam Asy-Syafi’i rah bekata: “Tiga hal yang aku cintai dari duiamu yaitu berbudi pekerti dengan sikap kasih saying, meninggalkan sesuatu yang menyebabkan pemaksaan, dan mengikuti dengan tata cara tashowuf (wal iqtidha-u bith thoriqit tashowwuf).”

Imam Ahmad bin Hanbal rah berkata: “Tiga hal yang aku cintai dari duniamu, yaitu mengikuti Nabi saw di dalam semua hadits-haditsnya, menuai keberkahan dengan cahaya-cahaya ilmu beliau, dan menempuh jalan dengan mengikuti jejak-jejak beliau SAW.”

(Sumber: Kitab Bahjatul Wasa-il bi Syarhi Masa-il, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani rah)

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments